MODUL BAHASA INDONESIA
BERKOMUNIKASI DENGAN BAHASA INDONESIA
SETARA TINGKAT SEMENJANA
UNTUK KELAS X ( Semester I)

OLEH: Dra. ISMIYATI
SMK IPTEK JAKARTA
JALAN RAYA PULOGEBANG NO.99
JAKARTA TIMUR
2011-2012
Standar Kompetensi :Berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia setara tingkat Semenjana
Kompetensi Dasar :1.1Menyimak untuk memahami lafal tekanan,intonasi
dan jeda
yang lazim /baku dan yang tidak.
Sumber : BSE
Waktu : 6 Jam
Indikator
-
Reaksi kinetik (menunjukkan sikap memerhatikan, mencatat) terhadap lafal,
tekanan, intonasi, dan jeda
yang lazim/baku dan yang tidak
-
Komentar atau ungkapan lisan terhadap lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang
lazim/baku dan yang
tidak.
A. Tujuan Menyimak.
Kegiatan
menyimak yang bertujuan untuk mempelajari aspek-aspek bahasa meliputi hal-hal
berikut.
a.
Pengenalan dan pemahaman tentang unsur-unsur bunyi dan hal yang membentuknya
seperti
alat ucap yang disebut dengan ilmu fonetik
dan fonemik.
b.
Proses pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan unsur-unsur kalimat.
c. Pembagian kosa kata dan
hal yang menyangkut makna.
d. Makna kata berdasarkan
situasi dan konteks pemakaiannya.
e. Makna budaya yang
tercakup dan tersirat dalam suatu pesan, dan sebagainya.
B. Pemahaman terhadap Lafal, Tekanan,
Intonasi, dan Jeda
1. Lafal
Abjad bahasa
Indonesia terdiri dari 26 huruf.Dalam abjad itu terdapat 21 huruf konsonan
dan 5 huruf
vokal.
Perhatikan pelafalan abjad berikut :
|
Huruf Dibaca
|
Huruf Dibaca
|
Huruf Dibaca
|
|
A a a
|
J j j
|
S s es
|
|
B b be
|
K k k
|
T t t
|
|
C c ce
|
L l el
|
U u u
|
|
D d de
|
M m em
|
V v fe
|
|
E e e
|
N n en
|
W w we
|
|
F f ef
|
O o o
|
X x eks
|
|
G g ge
|
P p pe
|
Y y ye
|
|
H h ha
|
Q q ki
|
Z z zet
|
|
I 1 I
|
R r er
|
|
Di samping deretan abjad di
atas terdapat pula bentuk fonem kh,ny,dan sy,yang dilafalkan sebagai satu bunyi
dan nk yang dilafalkan sama dengan fonem ng pada kata bank atau sanksi.(Gabungan
konsonan / diagraf ).Selain gabungan konsonan ,dalam bahasa Indonesia
terdapat pula gabungan vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau
y,yang disebut diftong.
Unsur bahasa yang terkecil berupa
lambang bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajari fonem disebut fonologi atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap
manusia yang dikenal dengan artikulasi. Dalam bentuk tertulisnya disebut
huruf. Lambang-lambang ujaran ini di dalam bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu vokal dan konsonan. Cara mengucapkan lambang-lambang
bunyi ini disebut dengan lafal. Jadi lafal
adalah cara seseorang atau
sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambanglambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucapnya.
Contoh diftong:
a. Diftong/ai/dalam kata ,seperti:
/ngarai/dilafalkan /ngaray/
/pantai/dilafalkan /pantay/
/santai/dilafalkan /santay/
b. Diftong /au/dalam kata seperti:
/limau/dilafalkan /limaw/
/harimau/dilafalkan /harimaw/
/pulau/dilafalkan /limaw/
c. Diftong /oi/dalam kata,seperti:
/ amboi/ dilafalkan /amboy/
/ sepoi / dilafalkan /sepoy/
/boikot/ dilafalkan/ boykot/
Akan
tetapi,jika deret vocal /ai/,/au/,dan /oi/dilafalkan persiss sama dengan
aslinya maka gabungan vokal tersebut bukan diftong.Contoh:/ai/,/au/,dan
/oi/yang bukan diftong adalah sebagai berikut:
a. / warnai/ diucapkan /warnai/
b. /main/ diucapkan/main/
c. /bau/ diucapkan/mau/
d. /koin/ diucapkan /koin/
e. / heroin/ diucapakan /heroin/
Adapun
khusus kelompok vokal yang terdapat fonem/e/yang dilafalkan dalam tiga
bunyi,seperti pada kalimat “Ibu membeli temped an jenkol”.fonem /e/ dilafalkan:
a. (e) dalam kata tempe disebut e
biasa
b.
(ə ) dalam kata membeli disebut e lemah
c. (ε ) dalam kata jengkol disebut e terbuka
Fonem vokal di dalam bahasa
Indonesia secara umum dilafalkan
menjadi delapan bunyi ujaran
walaupun penulisannya hanya lima ( a,
i , u,e,o).Misalnya,,
fonem
/ a / dilafalkan [ a ]
fonem
/ i / dilafalkan [ i ]
fonem
/ u / dilafalkan [u ]
fonem
/ e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e
] , [ ə ]
atau e lemah, dan [ε]
atau e lebar
Contoh
pemakaian katanya;
lafal
[ e ] pada kata < sate >
lafal
[ə ] pada kata < pəsan >
lafal
[ε ] pada kata < n ε n ε k >
fonem
/ o / terdiri atas lafal [ o ]
biasa dan lafal [ ] atau o bundar.
Contoh:
--
huruf c dilafalkan ce bukan
se,
--
huruf g dilafalkan ge bukan
ji
--
huruf q dilafalkan ki bukan
kyu
--
huruf v dilafalkan fe bukan
fi
--
huruf x dilafalkan eks bukan
ek
--
huruf y dilafalkan ye bukan
ey
Jadi
: Pengucapan MTQ adalah [em te ki]
bukan [em te kyu]
Pengucapan
TV adalah [te fe]
bukan [ti fi]
2. Tekanan
Di samping unsur segmental ,seperti fonem,bahasa
Indonesia juga memiliki unsur suprasegmental yang terdiri atas tekanan ,intonasi/nada
dan jeda.Dalam suatu kata atau tersebut dapat dilakukan dengan cara
memperpanjang pengucapannya,meninggikan nada,atau dengan memperbesar tenaga
dalam ucapan ( intensitas ).Gejala ini disebut dengan tekanan.
Tekanan umumnya diberlakukan pada tataran suku kata,kata
dan kelompok kata ( frasa ).
Tekanan secara tertulis
biasanya ditandai dengan lambing aksen ( , ) di atas suku kata yang mendapatkan
tekanan.
Tekanan pada huruf atau suku
kata dalam bahasa Indonesia tidak mengubah makna.Tekanan lazim dilakukan pada
sebuah kata atau frasa sebagai tanda bahwa kata tanda frasa tersebutlebih
dipentingkan.Tekanan seperti ini umumnya disebut aksen.Aksen bukan saja berupa
keras lembutnya suara,melainkan juga panjang pendeknya atau tinggi rendahnya
suara.Dengan pola nada sebuah kata atau frasa akan tampak lebih menonjol
daripada pengucapannya kata yang lainnya.
Contoh penggunaan tekanan:
a. Ahmad membaca majalah di
kamar.
( Orang yang membaca majalah ialah
Ahmad,bukan orang lain )
b. Ahmad membaca novel di kamar
( Ahmad membaca majalah,bukan menulis )
c. Ahmad mebaca majalah di
kamar
( Sesuatu yang dibaca Ahmad majalah ,bukan
surat )
d. Ahmad membaca majalah di kamar
( Ahmad membaca di kamar,bukan di ruang tamu
)
Contoh
penggunaan pola tekanan:
1.
Adi membeli novel di toko buku.
(yang membeli novel Adi, bukan orang lain)
2.
Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel, bukan membaca)
3. Adi membeli novel di
toko buku.
(yang dibeli Adi novel bukan alat tulis)
4.
Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel di toko buku bukan di pasar)
3. Intonasi
Intonasi
adalah naik turun atau tinggi rendahnya nada dalam pelafalan kalimat.Intonasi
sangat penting dalam bernyanyi,membaca puisi,ataupun dalam berbicara.Intonasi
pada kalimat menandakan cirri-ciri sebuah kalimat.Jika kalimat diucapkan dengan
intonasi menurun memberikan arti pernyataan ,sedangkan intonasi menarik
memberikan arti pertanyaan.Intonasi merupakan perubahan titik nada.Intonasi
merupakan perubahan titik nada.Intonasi lazim dinyatakan dengan angka 1,2,3,dan
4.Angka 1 melambangkan titik nada paling rendah,sedangkan 4 melambangkan titik
paling tinggi.
4.
Jeda
Dalam
tataran bahasa ,terdapat juga kesenyapan atau jda.Jeda menandakan batasan
anatrbagian,seperti kata,frasa,atau klausa.Jeda biasanya ditandai dengan adanya
spasi atau dilambangkan dengan garis miring (/),tanda koma (,),tanda titik koma
(;)tanda titik dua (:),tanda hubung (-) dan tanda ( _ ).
Jeda
yang berada di awal dan akhir kalimat ditandai dengan palang (#).Selain
berfungsi menandai batasan ujaran,jeda juga dapat membantu memahami ketepatan
pesan atau informasi bagi penyimak,dapat membedakan makna.
Untuk lebih jelasnya,perhatikan
contoh kalimat di bawah ini :
a.
Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
b.
Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah
Joko Susanto)
c.
Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang
sakit Susanto)
Kalimat di atas dapat mengandung pengertian yang
berbeda jika jedanya berubah. Misalnya:
a. Menurut laporan /Bapak kepala sekolah Farhan /
orang yang baik.
(
Berdasarkan penekanan di atas yang baik ialah Bapak kepala sekolah Farhan ).
b. Menurut laporan bapak /kepala sekolah farhan
/orang yang baik.
(
Berdasarkan penekanan di atas yang melaporkan ialah Bapak )
c. Menurut laporan bapak kepala sekolah / Farhan
/orang yang baik.
(
Berdasarkan penekanan di atas yang melapor ialah Bapak kepala sekolah dan orang
yang
Baik
ialah Farhan )
C. Ciri Bahasa Indonesia Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pedoman yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Pedoman Pembentukan Istilah, dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Bahasa yang tidak mengikuti kaidah kaidah bahasa Indonesia disebut bahasa tidak
baku.
Fungsi
bahasa baku ialah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan,
pembawa
kewibawaan, dan kerangka acuan. Ciri-ciri ragam bahasa baku, yaitu, sebagai
berikut.
1.
Digunakan dalam situasi formal, wacana teknis, dan forum-forum resmi seperti
seminar atau
rapat.
2.
Memiliki kemantapan dinamis artinya kaidah dan aturannya tetap dan tidak dapt
berubah.
3.
Bersifat kecendekiaan, artinya wujud dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa
yang lain
mengungkapkan penalaran yang teratur.
4.
Memiliki keseragaman kaidah, artinya kebakuan bahasa bukan penyamaan ragam
bahasa,
melainkan kesamaan kaidah.
5. Dari segi pelafalan, tidak
memperlihatkan unsur kedaerahan atau asing.
Selain itu pelafalan kata juga
dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Perhatikan contoh di bawah
ini.
telur
-------- telor
kursi
-------- korsi
lubang
-------- lobang
kantung
-------- kant ng
senin
-------- sənεn
rabu
-------- rebo
kamis
-------- kemis
kerbau
-------- kebo, dan lain sebagainya.
I. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan
benar!
1.
Apa yang dimaksud dengan menyimak?
2.
Sebutkan 4 hal yang menjadi tujuan mengenal unsur-unsur bahasa dalam menyimak!
3.
Apa yang dimaksud dengan lafal?
4.
Apa yang dimaksud dengan diftong? Contohnya?
5. Buatlah kalimat dengan gabungan
vokal yang bukan diftong!
6.
Apa yang dimaksud dengan tekanan?
7.
Buatlah kalimat yang menggunakan kata dengan lafal tidak baku sebanyak 2 buah!
8.
Buatlah kalimat dengan menggunakan diftong /ai/ 3 kalimat?
9.
Sebutkan ciri-ciri bahasa baku!
10.
Buatlah jeda yang tepat pada kalimat di bawah ini sehingga terdapat perbedaan
pengertian.
- Menurut Ibu Tanjung Sari memang anak yang
rajin.

0 komentar:
Posting Komentar